Selasa, 23 Oktober 2012

Aku, Kau dan Kalian


Aku, kau dan kalian
Aku manusia
Kau manusia
Kalian pun manusia

Aku, kau dan kalian
Aku bagamana tentang kau
Kau bagaimana tentang aku
Kalian bagaimana tentang kau akan aku atau aku akan kau

Aku, kau dan kalian
Aku kadang kau suka pun kau cela
Kau kadang ku puja pun ku hina
Kalian kadang kau dan aku ditengah keduanya

Aku, kau dan kalian
Banyak perbedaan
Kaya penafsiran
Miskin pengertian

Aku, kau dan kalian
Ku harap tetap dalam keseimbangan

Griya kenitra, 04 maret 2012, 00.29 wkt maroko

* Pernah dimuat di 'Buku Simfoni Goresan Negeri 1000 Benteng' PPI Maroko 2012
»»  Bismillah Ku Lanjut Baca...

Apa Kabar Warga Indonesia


Apa kabar warga indonesia
Ku dengar kita bersaudara
Saling toleran antar sesama
Tapi untuk rukun saja kadang belum bisa

Apa kabar warga indonesia
Dengan bhineka tunggal ikanya
Dengan rumusan pancasilanya
Sampai-sampai tak paham cara pengamalannya

Apa kabar warga indonesia
Seperti apakah demokrasi
Hingga kita tak saling mengerti
Sesuka hati asyik menghukumi

Apa kabar warga indonesia
Masih adakah getaran cinta
Agar kita tak tikam sesama
Hanya karna kepentingan semata

Apa kabar warga indonesia

* Pernah dimuat di 'Buku Simfoni Goresan Negeri 1000 Benteng' PPI Maroko 2012
»»  Bismillah Ku Lanjut Baca...

Senin, 22 Oktober 2012

Bulan Dzulhijah


Oleh: Ali syahbana

Bulan Dzulhijah merupakan bagian dari asyhurul fadilah (bulan-bulan keutamaan) dan asyhurul haram (bulan-bulan mulia). Dalam bulan ini banyak dari hamba-hamba Allah -yang diberi kemampuan- melakukan perjalanan untuk menunaikan ibadah haji, menyempurnakan rukun islam yang kelima, dan yang tidak kalah penting ta’abbudan lillah yaitu beribadah (berhaji) semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang (riya’), bukan disebabkan agal gelar haji melekat dinamanya dan bukan karena motif-motif lainnya.

Selain kewajiban berhaji menuju baitullah, dalam bulan ini dianjurkan juga bagi segenap umat islam untuk melakukan ibadah puasa. Baik puasa yang dilakukan mulai tanggal 1 Dzulhijah ataupun berpuasa hanya tanggal 9 Dzulhijah (satu hari sebelum ‘idul adha) yang terkenal dengan sebutan hari arafah.

Keutamaan Berpuasa di Bulan Dzulhijah

Dalam Riwayat Imam Muslim, salah satu periwayat yang bersama Imam Bukhari diakui keshahihan riwayatnya oleh para ulama, dari Abu Qatadah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. ditanya perihal berpuasa pada hari Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Beliau saw. lalu bersabda: "Puasa pada hari itu dapat menutupi dosa pada tahun yang lampau serta tahun yang akan datang." (lihat: Riyadus shalihin, Kitab al Fadhail)

Dilain tempat Imam Bukhari meriwayatkan tentang keutamaan bulan Dzulhijah, dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Tidak ada hari-hari yang mengerjakan amalan shalih pada hari-hari itu yang lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yakni sepuluh hari pertama Dzulhijah. Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, apakah juga tidak lebih dicintai oleh Allah meskipun jihad fi-sabilillah? Rasulullah saw. menjawab: "Meskipun berjihad fi sabilillah, kecuali seseorang yang keluar dengan dirinya dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan membawa sesuatu apa pun dari yang tersebut - yakni setelah berjihad lalu mati syahid. (lihat juga: Riyadus shalihin, Kitab al Fadhail).

Dan juga sabda Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah r.a.:

“Tidak ada hari-hari yang didalamnya  melakukan amalan shalih yang lebih utama dan dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Jika berpuasa satu hari pada hari tersebut maka sama seperti berpuasa satu tahun. Jika ber-qiyamul lail (shalat malam) pada hari tersebut maka sama seperti ber-qiyamul lail pada lailatul qadar”.(HR. Tirmidzi dan Ibnu majah).

Segelintir riwayat diatas merupakan isyarat bahwa sepuluh hari di bulan Dzulhijah memiliki banyak keutamaan. Bagi mereka umat islam yang melakukan amalan sholeh di sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijah, maka pahalanya lebih utama dari dari pada berjihad di jalan Allah saw..

Disamping itu, Berpuasa juga merupakan hal yang sangat dianjurkan pada bulan tersebut. Terlebih perupamaan yang mengatakan bahwa satu hari berpuasa pahalanya sama dengan berpuasa satu tahun. Serta berpuasa pada hari arafah bisa melebur dosa tahun yang telah lalu dan yang akan datang.

Imam Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitabnya Fathul Bari, penjelas dari kitab Sahih Imam Bukhari,  mengatakan bahwa  sebab diistimewakannya sepuluh hari Dzulhijah adalah karena pada hari tersebut merupakan waktu berkumpulnya ibadah-ibadah pokok yaitu shalat, puasa, sedekah dan haji, dan hal itu tidak didapatkan pada hari-hari lain.“

Akhirnya, marilah kita manfaatkan kesempatan bulan Dzulhijah ini dengan meningkatkan amalan-amalan saleh. Dan jika kita tengok lebih jauh tentang keutamaan dibulan ini, bukan hanya amalan puasa saja yang dianjurkan dan disebutkan secara gamblang. Akan tetapi memperbanyak melakukan sholat (baik wajib maupun sunnah), banyak berzikir kepada Allah (tahlil, takbir, tahmid, atau bentuk dzikir lainnya), bersedekah, berqurban (menyembelih binatang) dan lain sebagainya pun merupakan hal yang dianjurkan untuk diamalkan.

Dari Ibnu Umar radliyallah ‘anhuma berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada hari-hari yang lebih besar di sisi Allah swt. dan tidak ada amal perbuatan yang lebih dicintai-Nya selain pada sepuluh hari itu. Maka perbanyaklah pada hari-hari tersebut Tahlil, Takbir dan Tahmid.“ (HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir). Wallahua’lam bisshawab.

     
* Tulisan ini pernah dimuat di buletin 'Sayyidul Ayyam' PPI Maroko, 03 November 2010 M/25 Zulqa’dah 1431 H..
* Pernah dimuat juga di http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,40417-lang,id-c,kolom-t,Bulan+Dzulhijah-.phpx


»»  Bismillah Ku Lanjut Baca...

Minggu, 07 Oktober 2012

Pancasila dan Keluwesan Ajaran Islam


Oleh: Ali Syahbana


'Demam' Pancasila biasanya muncul saat meomen-momen seperti; Hari Lahir Pancasila, Hari Kesaktian Pancasila atau pelbagai seminar yang benuansa kebangsaan. Kalau mau dihitung, mungkin sudah ratusan -bahkan lebih- tulisan atau artikel yang berkeliaran membahas Pancasila baik yang bersinggungan dengan sisi sosial, agama dan lain sebagainya. Nah, tulisan ini pun, meski sekedar estafet dari kebanyakan artikel yang beredar, tak pelak 'ikut-ikutan' mencoba meng-ketengahkan Pancasila versi ke-penulisan dan gaya penyampaian penulis sendiri.

Seperti kita ketahui, Pancasila sebagaimana ditetapkan dan tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Ia merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia yang seolah merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.

Namum menjadi ironis saat belakangan ini banyak bermunculan oknum-oknum atau gerakan-gerakan yang kembali berusaha menjungkalkan Pancasila dan meruntuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Mereka berjuang untuk merubah tatanan negara menjadi Khilafah Islamiyah, pendirian negara Islam, pelaksanaan syariat Islam dan sebagainya. Salah satu alasan mereka adalah pandangan dan keyakinan bahwa Islam bukah hanya agama, tetapi juga sebuah sistem hukum yang lengkap, sebuah ideologi universal dan sistem yang paling sempurna yang mampu memecahkan seluruh permasalahan kehidupan umat manusia.

Lantas, apakah Pancasila sendiri tidak mencerminkan nilai-nilai islam?? Sehingga -menurut mereka- perlu dikubur dan dilenyapkan dari permukaan Indonesia.

Jika kita perhatikan sejarah, Pancasila tidak hanya dirumuskan oleh pemimpin nasional. Namun ada juga tokoh-tokoh bangsa yang berstatus ulama yang urun rembug dalam perumusannya termasuk yang dari kalangan Nahdlatul Ulama kaliber KH. Wahid Hasyim dan kalangan lainnya semisal Muhammadiyah.

Dengan keberadaan ulama-ulama tersebut tentu berdampak pada wujud rumusan Pancasila yang islami, pancasila yang secara praktis menampilkan ke-rahmatan lil'alamin ajaran islam. Bukan Pancasila yang sepi dari nilai-nilai keislaman.

Selain itu, Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, sebenarnya memiliki keselarasan dengan ajaran Islam sebagai agama mayoritas penduduk bangsa Indonesia. Pancasila telah mampu  menopang dan mengakomodir berbagai suku, ras, dan agama yang ada di Indonesia. Keselarasan pancasila dengan ajaran islam bisa dibuktikan denga klop-nya sila-sila Pancasila dengan apa yang telah tergaris dalam al-Qur’an.

Sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa misalkan, secara luas mencerminkan nilai ketauhidan dan kebebasan dalam berkeyakinan. Warga negara Indonesia diberikan kebebasan untuk memilih satu kepercayaan, dari beberapa kepercayaan yang diakui oleh negara.

Dalam Islam, Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mengesakan Tuhan. Semisal QS. Al-Baqarah ayat 163 yang memiliki arti; "Dan Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa . Tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Murah, lagi Maha Penyayang".

Dalam kacamata Islam, Tuhan adalah Allah semata, tidak ada tuhan selain Dia. Akan tetapi jika ada keyakinan yang menyatakan Tuhan mereka bukanlah Tuhan sebagaimana yang diyakini umat islam, maka ajaran islam tidak menentang keyakinan tersebut sebab tidak ada paksaan bagi mereka untuk beragama islam. Hal ini tentu sesuai dengan rumusan universal Al Qur'an yang berbunyi; “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(QS. Al-Baqarah: 256).

Mayoritas kitab tafsir Al Qur'an menyebutkan akan adanya suatu riwayat tentang sebab turunnya ayat ini, yaitu seorang lelaki bernama Abu Al-Husain dari keluarga Bani Salim, Ibnu Auf, mempunyai dua orang anak lelaki yang telah memeluk agama Nasrani sebelum Nabi Muhammad saw. diutus Tuhan sebagai nabi. Kemudian kedua anak itu datang ke Madinah (setelah datangnya agama Islam), maka ayah mereka selalu meminta agar mereka masuk agama Islam dan ia berkata kepada mereka, “Saya tidak akan membiarkan kamu berdua, hingga kamu masuk Islam.” Mereka lalu mengadukan perkaranva itu kepada Rasulullah saw. dan ayah mereka berkata, “Apakah sebagian dari tubuhku akan masuk neraka?” Maka turunlah ayat ini, lalu ayah mereka membiarkan mereka itu tetap dalam agama semula.

Sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab bisa bermakna bahwa melalui misi bangunan karakter keadilan dan keberadaban manusia, bangsa Indonesia telah meletakan penghargaan dan penghormatan hak-hak yang melekat pada tiap-tiap pribadi manusia.

Al Qur'an sendiri dengan ayat-ayatnya yang bersifat universal, mencakup segala aspek tanpa kenal zaman wal makan, relevan sampai kapanpun dan dimanapun, telah banyak mengajarkan umatnya untuk bersikap adil, berakhlak mulia, saling menghormati dan menghargai antar sesama. Hal ini salah satunya tercermin dalam surat Al Maidah ayat 8 yang memiliki maknai; "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Sila ketiga berbunyi Persatuan Indonesia bermakna bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa bermisikan menyatukan seluruh elemen di Indonesia, bangsa yang satu dan bangsa yang menegara. Dan telah ma'lum dalam konsep Islam akan wujud ajaran untuk selalu menjaga persatuan. Baik persatuan antar umat islam sendiri dengan bingkai "mu'min ikhwah" nya maupun dengan non-islam dalam bingkai kemanusiaannya. (baca missal: QS. Ali Imran: 103 dan QS. Al-Hujuraat: 10).


Begitu juga dengan sila ke empat yang mengedepankan asas musyawarah dengan didasari hikmat kebijaksanaan, pun selaras dengan tatanan islam yang mengajarkan untuk bersikap bijaksana dalam mengatasi permasalahan kehidupan dan bermusyawarah dalam suasana yang demokratis. Dalam surat Ali Imran ayat 159 Allah menegaskan yang maknanya; "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya."

Cerminan nilai-nilai keislaman juga melekat pada sila kelima yang menekankan adanya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam islam teramat banyak konsep-konsep yang bermuatan keadilan. Baik adil terhadap diri sendiri, adil terhadap orang lain, kepada alam ataupun lingkungan. Misi besar islam yang menyejahterahkan umatnya baik di dunia maupun di akherat tentu belum bisa optimal tanpa diterapkannya nilai-nilai keadilan. Inilah yang menjadikan islam memerintahkan umatnya untuk berlaku adil dalam segala hal. (lihat QS. an-Nahl ayat 90).

Walhasil, Pancasila merupakan bangunan dasar atau ideologi negara yang sama sekali tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. Islam yang luwes dengan rumusan-rumasan globalnya, dengan sifat rahmat bagi penghuni alamnya (rahmatan lil 'alamin) membuat Pancasila bisa 'nyempil' di dalamnya. Dengan begitu, patutlah kita sebagai bagian dari warga negara Indonesia senantiasa berusaha melestarikan dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semoga dengan hal tersebut kita menjadi manuisa yang secara tidak langsung mengamalkan nilai-nilai universal ajaran islam. Menjadi umat yang berislam secara praktis, bukan sekedar teoritis atau secara teori belaka. Wallahua'lam bis shawab.

* Kenitra, 5 Oktober 2012
* Pernah dimuat di http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,40159-lang,id-c,kolom-t,Pancasila+dan+Keluwesan+Ajaran+Islam-.phpx
»»  Bismillah Ku Lanjut Baca...