Rabu, 27 Juni 2012

Keutamaan dan Amalan Bulan Sya'ban


Oleh: Ali Syahbana

Suatu waktu sahabat Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu memperbanyak berpuasa (selain Ramadhan) kecuali pada bulan Sya'ban? Rasulullah saw. menjawab: "Itu bulan dimana manusia banyak melupakannya, yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan itu segala perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa". (HR. Abu Dawud dan Nasa'i).

Dalam Riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Sayyidatina Aisyah r.a. berkata: “Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyempurnakan shaum selama satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan aku belum pernah melihat beliau memperbanyak shaum dalam satu bulan kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1833, Muslim No. 1956).


Dilain tempat beliau (sayyidatina Aisyah r.a.) juga berkata: "Suatu malam Rasulullah saw. shalat, kemudian beliau bersujud panjang sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah saw. telah diambil. Karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah saw. selesai shalat beliau berkata: "Hai Aisyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah saw. telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. Beliau pun berkata: "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hamba-Nya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki." (H.R. Baihaqi dari Ala’ bin Harits).

Jika kita cermati, beberapa riwayat diatas setidaknya memberikan penjelasan akan keutamaan-keutamaan bulan Sya’ban. Dikatakan bahwa bulan Sya’ban ialah bulan dimana amal-amal perbuatan manusia diangkat ke hadirat Tuhan penguasa alam. Bulan Sya’ban juga merupakan bulan dimana Allah swt. -saat malam pertengahan bulan Sya’ban- mengawasi hamba-hamba-Nya (adakah diantara mereka yang mendirikan qiyamul lail saat itu), memaafkan mereka yang memohon ampunan, mencurahkan kasih saying bagi mereka yang mengharapkannya dan menyingkirkan hamba-hamba-Nya yang bersifat pendengki.

Dan jika mau kita cermati beberapa riwayat diatas, ada dua hal yang biasa atau setidaknya pernah dilakukan rasulullah saw. di bulan Sya’ban yaitu memperbanyak berpuasa serta ber-qiyamul lail (mendirikan shalat) pada malam pertengahan bulan Sya’ban.

Memperbanyak berpuasa merupakan amaliah yang sangat gemar dilakukan Rasulullah saw. di bulan Sya’ban. Maksud memperbanyak disini bukan berarti beliau melakukannya sebulan penuh akan tetapi beliau sering mengisi hari-hari di bulan Sya’ban dengan berpuasa.

Disamping menganjurkan berpuasa di bulan Sya’ban, Rasulullah saw. juga melarang umatnya berpuasa jika hal tersebut dilakukan sehari atau dua hari sebelum bulan sya’ban berakhir. Sebagaimana sabda saw. :

“Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya kecuali orang yang terbiasa berpuasa maka puasalah.” (HR. Bukhari No. 1983 dan Muslim No. 1082 dari Abu Hurairah).

Dalam hal ini Imam Nawawi dalam kitab Majmu’nya mengatakan bahwa apabila puasa sehari atau dua hari tersebut memiliki sebab atau merupakan kebiasaan dia berpuasa, seperti puasa dahr (puasa satu tahun penuh), puasa nabi daud (satu hari puasa satu hari berbuka) atau puasa senin-kamis maka maka hal tersebut di bolehkan. Namun jika tidak, maka hal itu terlarang.

Adapun tentang qiyamul lail, meskipun apa yang diriwayatkan Imam Baihaqi bersifat mursal (tidak valid), namun hal ini tidak mengurangi akan keutamaan bulan Sya’ban melihat banyak riwayat sahih lainnya yang menunjukkan keutamaan bulan tersebut. Jadi, adalah mulia jika malam nisfu Sya’ban diisi dengan memperbanyak ibadah shalat, zikir, membaca al Qur’an, berdoa atau bermacam kegiatan positif lainnya.

Waba’du, marilah kita manfaatkan kesempatan mencicipi bulan yang penuh keutamaan ini dengan memperbanyak ibadah puasa atau amal shalih lainnya. Selain sebagai manifestasi pendekatan diri kepada Allah swt. (taqarruban ilallah), puasa juga bisa menjadi ajang pemanasan dalam menghadapi bulan Ramadhan yang didalamnya diwajibkan berpuasa. Jika seseorang terbiasa berpuasa sebelum Ramadhan, maka ia akan lebih terbiasa, lebih kuat dan lebih bersemangat dalam menunaikan puasa wajib dibulan Ramadhan. Wallahua’lam bisshawab.


Rabat, 18 Juli 2010
»»  Bismillah Ku Lanjut Baca...

Jumat, 22 Juni 2012

Kado Terindah Dari Rajab


Oleh: Ali Syahbana

Beberapa hari yang lalu, ada sebagian -kalau tidak semua- ulama dalam negeri mengumumkan tentang jatuhnya awal bulan Sya’ban. Dan sudah barang tentu dengan beredarnya keputusan para pakar teropong bulan sabit tersebut, pertanda bahwa bulan Rajab telah habis masa aktifnya secara hitung-hitungan kalender hijriyah tahun ini.

Bulan yang secara sah dinyatakan kemuliaannya, untuk sementara harus rela menunggu giliran untuk menampakkan kembali kemuliaannya. Bulan yang banyak menyimpan keistimewaan dan keutamaan, kali ini harus terima untuk tidak menampakkan keistimewaan dan kemuliaannya. Bulan Rajab mesti legowo memberikan estafet kalenderisasi ke tetangganya, Sya’ban.

Namun kendati demikian, Rajab setidaknya masih tetap bisa berbangga diri. Masih bisa memberikan kenikmatan-kenikmatan dari imbas positif yang melekat pada dirinya. Meskipun telah tergantikan oleh Sya’ban atau bulan lainnya. Apa pasal?? Hal itu tidak lebih dari berkah status “Bulan Istighfar” yang melekat pada Rajab. Serta syafa’at yang ia peroleh dari peristiwa agung “Isra’ Mi’raj”. Peristiwa yang menjadikan Nabi teladan, Muhammad saw., dalam waktu singkat dimalam hari melakukan diplomasi kemaslahatan (permohonan) dengan Tuhannya, yang salah satu deal kesepakatannya berupa kewajiban shalat lima waktu dalam sehari, kewajiban untuk beliau sebagai teladan dan untuk umat islam yang mengaku atau selaku pengikutnya.

Dua hal tersebut (shalat dan pembiasaan istighfar) merupakan kado terindah dari Rajab yang tak akan usang ditelan zaman. Dari masa ke masa, dari Rajab ke Rajab berikutnya. Shalat merupakan dekrit resmi Sang Maha Kuasa yang, sebagaimana banyak riwayat mengatakan, menjadi tonggak utama dalam kalkulasi akhir amal perbuatan manusia di hari perhitungan kelak. Kalau baik shalat seorang hamba, sempurna lima waktu dalam sehari, meskipun secara qadhaan (shalat diluar waktu yang sudah ditentukan karna alasan yang sah), maka jalan menuju kebahagiaan akhirat pun akan ikut mulus. Jika shalatnya gradal gradul, semoga saja keagungan sifat Maha Penyayang Allah swt. bisa menjadi pembelok nasib.

Sedangkan istighfar (salah satu kalimatnya: astaghfirullahal’adzim wa atubu ilaih) merupakan sms permohonan ampunan seorang hamba kepada Tuhannya. Disadari atau tidak, manusia adalah makhluk yang tidak pernah luput dari khilaf dan dosa. Manusia sering latah dengan kesalahan-kesalahan, baik kecil maupun besar. Manusia juga kadang rileks saat ia tidak patuh terhadap tata aturan -termasuk perintah shalat lima waktu- yang dibuat Allah swt., selaku Penciptanya. Dan tentunya dengan benar-benar sadar akan kekerdilan dirinya selaku manusia yang sering mbeling, sering tidak menghambakan diri kepada Allah swt., istighfar merupakan salah satu jalan yang ampuh untuk menghapus kesalahan dari amal perbuatan manusia, membersihkan noda-noda kotor yang sudah banyak melekat pada hati manusia. Istaghfiru Rabbakum innahu kaana ghaffara, mohon ampunlah kepada Allah swt. karna Dialah yang benar-benar Maha Pengampun.

Dengan masuknya bulan Sya’ban yang dikenal dengan bulan “slawatan”nya, tidak serta merta menjadikan manusia nge-lupa akan kado terindah yang tulus diberikan Rajab. Seseorang yang mengaku bagian dari umat Nabi teladan saw. patutnya  harus menengok kembali bagaimana beliau menikmati keindahan kado tersebut. Bagaimana penghambaan total sosok teladan yang tentunya tidak berhenti pada ketaatan menjalankan shalat lima waktu semata. Juga bagaimana sosok yang jelas-jelas dibebaskan dari kesalahan selalu beristighfar dalam sehari-hari sebanyak 70 kali, bahkan lebih. Masih pede-kah orang tersebut mengaku pengikut keteladanan nabi agung Muhammad saw.?? Semoga saja. Wallahua’lam bisshowab.

Kenitra, 22 Juni 2012 (02 Sya'ban 1433 H)
»»  Bismillah Ku Lanjut Baca...