Oleh: Ali Syahbana
Suatu
waktu sahabat Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah saw.: “Wahai
Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu memperbanyak berpuasa (selain Ramadhan)
kecuali pada bulan Sya'ban? Rasulullah saw. menjawab: "Itu bulan dimana
manusia banyak melupakannya, yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan itu
segala perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin
ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa". (HR. Abu Dawud dan
Nasa'i).
Dalam
Riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Sayyidatina Aisyah r.a. berkata: “Aku belum
pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyempurnakan shaum
selama satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan aku belum pernah
melihat beliau memperbanyak shaum dalam satu bulan kecuali pada bulan Sya’ban.”
(HR. Bukhari No. 1833, Muslim No. 1956).
Dilain
tempat beliau (sayyidatina Aisyah r.a.) juga berkata: "Suatu malam
Rasulullah saw. shalat, kemudian beliau bersujud panjang sehingga aku menyangka
bahwa Rasulullah saw. telah diambil. Karena curiga maka aku gerakkan telunjuk
beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah saw. selesai shalat
beliau berkata: "Hai Aisyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku
menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak
(menyangka Rasulullah saw. telah tiada) karena engkau bersujud begitu
lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang
ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. Beliau pun berkata:
"Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hamba-Nya pada
malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang
mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang
dengki." (H.R. Baihaqi dari Ala’ bin Harits).
Jika
kita cermati, beberapa riwayat diatas setidaknya memberikan penjelasan akan
keutamaan-keutamaan bulan Sya’ban. Dikatakan bahwa bulan Sya’ban ialah bulan
dimana amal-amal perbuatan manusia diangkat ke hadirat Tuhan penguasa alam.
Bulan Sya’ban juga merupakan bulan dimana Allah swt. -saat malam pertengahan
bulan Sya’ban- mengawasi hamba-hamba-Nya (adakah diantara mereka yang
mendirikan qiyamul lail saat itu), memaafkan mereka yang memohon ampunan,
mencurahkan kasih saying bagi mereka yang mengharapkannya dan menyingkirkan
hamba-hamba-Nya yang bersifat pendengki.
Dan
jika mau kita cermati beberapa riwayat diatas, ada dua hal yang biasa atau
setidaknya pernah dilakukan rasulullah saw. di bulan Sya’ban yaitu memperbanyak
berpuasa serta ber-qiyamul lail (mendirikan shalat) pada malam
pertengahan bulan Sya’ban.
Memperbanyak
berpuasa merupakan amaliah yang sangat gemar dilakukan Rasulullah saw. di bulan
Sya’ban. Maksud memperbanyak disini bukan berarti beliau melakukannya sebulan
penuh akan tetapi beliau sering mengisi hari-hari di bulan Sya’ban dengan
berpuasa.
Disamping
menganjurkan berpuasa di bulan Sya’ban, Rasulullah saw. juga melarang umatnya
berpuasa jika hal tersebut dilakukan sehari atau dua hari sebelum bulan sya’ban
berakhir. Sebagaimana sabda saw. :
“Janganlah
kalian mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya kecuali
orang yang terbiasa berpuasa maka puasalah.” (HR. Bukhari No. 1983 dan Muslim
No. 1082 dari Abu Hurairah).
Dalam
hal ini Imam Nawawi dalam kitab Majmu’nya mengatakan bahwa apabila puasa sehari
atau dua hari tersebut memiliki sebab atau merupakan kebiasaan dia berpuasa,
seperti puasa dahr (puasa satu tahun penuh), puasa nabi daud (satu hari
puasa satu hari berbuka) atau puasa senin-kamis maka maka hal tersebut di bolehkan.
Namun jika tidak, maka hal itu terlarang.
Adapun
tentang qiyamul lail, meskipun apa yang diriwayatkan Imam Baihaqi
bersifat mursal (tidak valid), namun hal ini tidak mengurangi akan
keutamaan bulan Sya’ban melihat banyak riwayat sahih lainnya yang menunjukkan
keutamaan bulan tersebut. Jadi, adalah mulia jika malam nisfu Sya’ban diisi
dengan memperbanyak ibadah shalat, zikir, membaca al Qur’an, berdoa atau
bermacam kegiatan positif lainnya.
Waba’du, marilah kita
manfaatkan kesempatan mencicipi bulan yang penuh keutamaan ini dengan
memperbanyak ibadah puasa atau amal shalih lainnya. Selain sebagai manifestasi
pendekatan diri kepada Allah swt. (taqarruban ilallah), puasa juga bisa menjadi
ajang pemanasan dalam menghadapi bulan Ramadhan yang didalamnya diwajibkan
berpuasa. Jika seseorang terbiasa berpuasa sebelum Ramadhan, maka ia akan lebih
terbiasa, lebih kuat dan lebih bersemangat dalam menunaikan puasa wajib dibulan
Ramadhan. Wallahua’lam bisshawab.
Rabat, 18 Juli 2010